Pelita Air berencana akan terus memperkuat armada dengan menambah kehadiran Airbus A320.
Akan tetapi, Direktur Utama PT Pelita Air Dendy Kurniawan di Jakarta, Senin (10/4), memastikan penguatan itu bukan untuk menggantikan posisi maskapai Garuda Indonesia. “Enggak. Tidak pernah diminta dan bercita-cita juga,” kata Dendy.
Menurut dia, Pelita Air diharapkan bisa mengisi kapasitas yang ditinggalkan oleh Garuda. Karena, waktu itu Garuda harus menyelesaikan restrukturisasi sehingga tidak bisa menambah kapasitas. “Semoga ke depan, Garuda, Pelita, dan Citilink bisa mengisi kapasitas nasional,” ungkap dia.
Penguatan armada Pelita Air, menurut dia, berawal sejak 28 April 2022 yang hanya memiliki satu penerbangan per hari. Lalu, Pelita Air menutup 2022 dengan memiliki tiga Airbus A320.
Lalu, di kuartal I 2023, Pelita Air telah mengoperasikan total lima pesawat. Harapannya, di kuartal II 2023 Pelita Air telah mengoperasikan 10 unit Airbus A320. “Pesawat ke enam hingga 10 itu sudah Pelita peroleh, tinggal menunggu kedatangan saja,” ungkap dia.
Baca juga: Pastikan Transportasi Arus Mudik Lancar, Komisi V Tinjau Infrastruktur di Yogyakarta
Kemudian, lanjut Dendy, Pelita Air mendapat tambahan tiga pesawat lagi pada kuartal III 2023. Akan tetapi, tiga pesawat tersebut masih proses negosiasi.
“Di Q4, kita harapkan bisa dapat tambahan 5 pesawat lagi. Sehingga 18 pesawat akan ada di bawah kendali Pelita di akhir 2023,” ujarnya.
Setelah itu, sambung Dendy, setiap tahun Pelita berencana mendatangkan 10 pesawat. Jadi 18 pesawat di akhir 2023, menjadi 28 unit di 2024, lalu 38 unit di 2025.
Untuk destinasi, imbuh Dendy, Pelita Air mengawali dengan membuka sekali penerbangan tiap hari dari Jakarta menuju Bali. Setelah itu, dengan tambahan destinasi Surabaya, Yogyakarta, dan Balikpapan dengan 104 penerbangan per minggu.
Dan mulai dari 12 April 2023, Pelita Air menambah tiga destinasi di Pulau Sumatra, yakni Palembang, Padang, dan Pekanbaru. “Kita akan ada tambahan 40 flight setiap minggunya.”
Menurut dia, animo masyarakat untuk menggunakan Pelita Air juga terus membaik seiring peningkatan awareness. Dan penambahan tiga rute baru di Sumatra juga mendapatkan respons sangat baik karena berbarengan dengan arus mudik lebaran. “Ya bagus luar biasa. Kita harapkan ke depannya bagus terus seiring meningkatnya awareness terhadap brand Pelita,” harapnya.
Di sisi masyarakat, menurut Dendy, juga terjadi peningkatan demand pascapandemi covid-19. Sedangkan kapasitas cenderung belum mampu memenuhi permintaan tersebut.
Baca juga: Hadapi Arus Mudik, Pelita Air Rambah Sumatra
Dia mengakui, semua daerah di Indonesia berpotensi untuk diterbangi. Hanya saja, karena keterbatasan armada, Pelita menentukan daerah prioritas.
Dimulai dari wilayah pariwisata Bali dan Yogyakarta. Lalu Surabaya dan Balikpapan dan terus meluas ke Sumatra.
“Nanti kita masuk ke semua wilayah di Indonesia akan kita terbangi. Yang sudah dalam kajian yang bisa saya sampaikan baru tiga daerah ini, Palembang, Pekanbaru, dan Padang. Sebenarnya, kajian internal sudah untuk semua wilayah di Indonesia. Tapi saya belum boleh menyampaikan. Karena sesuai aturan, saya harus submit minta approval dulu ke Kementerian Perhubungan,” papar dia.
Menurut Dendy, bila bicara konektivitas nasional, kalau bisa semua daerah bisa terkoneksi ke Jakarta dan Ibu Kota Nusantara (IKN). “Dari situ saja terlihat kebutuhannya. 18 pesawat masih kurang. Belum lagi kalau ada destinasi yang butuh frekuensi lebih dari sekali penerbangan,” katanya.
Penerbangan medium
Dendy memastikan, tingginya tingkat kebutuhan tidak juga membuat airline berusaha hanya mengeruk keuntungan sebesar mungkin. Dia memastikan, Pelita Air akan tetap memberi servis yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh penumpang.
“Kami fokus ke customer. Kalau dibilang kabin kurang wangi, kita bikin wangi. Masalah timing, kita buat tidak delay. Berdasarkan survei ke pelanggan, kami dianggap maskapai on time, kabin kami nyaman dan lega, serta kru kabin kita dianggap ramah,” ungkapnya.
Menurut dia, semua itu juga selaras dengan klasifikasi Pelita yang termasuk dalam penerbangan medium. “Jadi kami di atas Citilink di bawah Garuda. Di antara BUMN penerbangan, kami mengisi segmen yang ada,” kata dia.
Ketika ditanya terkait harga tiket Pelita yang cenderung murah, Dendy memastikan semua masih sesuai aturan. “Yang disebut medium itu pelayanannya. Kalau full service bisa jual 100% dari tarif batas atas (TBA), kalau medium 95% dari TBA. Adalah aturannya. Tapi kalau dalam kenyataannya sehari-hari bersaing dengan gimmick marketing kan sah saja selama tidak ada yang ditabrak. Tarif batas bawah dan atas enggak dilanggar. itu kan bagian dari marketing kita.”